Beranda | Artikel
Udzur Untuk Meninggalkan Shalat Jamaah
Rabu, 5 Juni 2013

UDZUR UNTUK MENINGGALKAN SHALAT JAMA’AH

Oleh
Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-Khalafi

1.Dingin dan Hujan
Dari Nafi’, “Pada suatu malam yang dingin dan berhembus kencang, Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma mengumandangkan adzan shalat. Dia mengucapkan, “Hai manusia, shalatlah kalian dalam rumah-rumah kalian!” Setelah itu dia berkata, “Sesungguhnya jika malam dingin dan hujan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh mu’adzin mengucapkan, “Hai manusia, shalatlah kalian dalam di rumah-rumah kalian!”[1]

2. Saat Makanan Dihidangkan
Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, dia mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا وُضِعَ عَشَاءُ أَحَدِكُمْ وَأُقِيْمَتِ الصَّلاَةُ فَابْدَؤُوْ بِالْعَشَاءِ، وَلاَ يَعْجَلْ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْهُ.

Jika makan malam salah seorang di antara kalian dihidangkan sedangkan iqamat telah dikumandangkan, maka dahulukanlah makan malam. Janganlah tergesa-gesa hingga dia menyelesaikan makannya.”

Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma pernah disuguhi makanan ketika iqamat telah dikumandangkan. Dia tidak mendatangi shalat hingga dia menyelesaikan makannya. Padahal dia benar-benar mendengar bacaan imam. [2]

3. Menahan dua Hadats
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, dia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ صَلاَةَ بِحَضْرَةِ الطَّعَـامِ، وَلاَ وَهُوَ يُدَافِعُ اْلأَخْبَثَيْنِ.

Tidak sempurna shalat ketika makanan telah dihidangkan. Tidak sempurna pula shalat orang yang menahan dua hadats.” [3]

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap, Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]
_______
Footnote
[1]. Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/156 no. 666)], Shahiih Muslim (I/484 no. 697), Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (III/391 no. 1050), dan Sunan an-Nasa-i (II/15).
[2]. Muttafaq ‘alaihi: [Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari) (II/159 no. 673)], Shahiih Muslim (I/392 no. 459), tanpa kalimat terakhir, dan Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (X/229 no. 3739).
[3]. Shahih: [Shahiihul Jaami’ush Shaghiir (no. 7509)], Shahiih Muslim (I/393 no. 560), dan Sunan Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (I/190 no. 89).


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3632-udzur-untuk-meninggalkan-shalat-jamaah.html